Selama ini, jika membicarakan sampah, maka tak jauh-jauh dari plastik, sampah organik dan sisa-sisa kegiatan manusia lainnya, yang ada di bumi. Tapi tahukah Sobat Laksmi, jika di luar angkasa sana, juga ada jejak manusia berupa sampah? Bukan alien atau benda asing angkasa, melainkan sampah-sampah antariksa berupa satelit-satelit buatan manusia di bumi.

Melansir dari laman Nasa, ada lebih dari 27 ribu keping puing orbit atau sampah ruang angkasa yang berhasil dilacak oleh sensor mereka, diperkirakan masih ada kepingan kecil yang sulit dilacak. Puing-puing ini bisa jadi adalah sisa-sisa satelit yang sudah tidak terpakai dan terbengkalai. Bayangkan, di luar angkasa sana, ada juga sampah hasil dari perbuatan manusia. Sampah-sampah luar angkasa itu mengelilingi atmosfer bumi, bersanding dengan meteor dan asteroid. Lalu apa dampak buruk dari sampah ruang angkasa ini?

Satelit (Foto dari SpaceX)

Jika sampah di bumi dapat mengancam keberadaan makhluk hidup dan ekosistem, sampah di ruang angkasa tak jauh berbeda. Keberadaan sampah ruang angkasa atau disebut space debris ini, bisa mengganggu orbital satelit yang masih aktif, bahkan bisa memicu tabrakan antar satelit, seperti yang terjadi di atas langit Siberia pada tahun 2009. National Geographic menyebutkan dua satelit bertabrakan dengan kecepatan sekitar 22.300 mph dan meledak menjadi kepingan. Jika kepingan ini masih berukuran besar, bukan tidak mungkin bisa sampai ke bumi dan melukai makhluk hidup. Selain itu, setelah menjadi keping kecil di angkasa, bisa menggores pesawat yang sedang terbang.

Bayangkan, di ruang angkasa sana, bumi telah dikepung oleh sampah-sampah sisa-sisa satelit berupa kepingan bekas satelit yang ukurannya beragam. Keping-kepingan ini terus bertambah, dari ukuran satu sentimeter hingga kepingan besar. Lalu untuk apa satelit-satelit itu? Dan mengapa ia bisa rusak dan mencemari ruang angkasa?

Satelit merupakan salah satu hasil teknologi yang diciptakan manusia. Tanpa satelit, mungkin kini tidak bisa mengakses internet, tidak bisa terhubung dengan banyak orang di berbagai belahan dunia, tidak bisa menikmati film hanya dari layar ponsel. Sama seperti teknologi ciptaan manusia lainnya, misal handphone, laptop, lemari es, televisi, atau elektronik lainnya, bisa rusak jika sudah ‘berumur’. Begitu juga dengan satelit-satelit yang diletakkan di luar angkasa. Benda-benda canggih ini juga memiliki usia, seperti benda elektronik. Jika sudah ‘tua’ satelit ini bisa rusak, terlebih jika tidak dibarengi dengan pemeliharaan yang baik.

Lalu, bagaimana sikap kita setelah mengetahui permasalahan ini, Sobat Laksmi?

Kita memang tidak bisa langsung meminta ahli atau pemerintah untuk membersihkan sampah ruang angkasa yang sudah makin membahayakan. Mengingat jangkauannya sangat jauh dan aksesnya tak mudah. Kita bisa menjadi manusia yang lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi, agar satelit dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, Sobat Laksmi bisa mendukung langkah pemerintah atau organisasi yang bergerak di bidang ini. Serta jangan lupa untuk memperhatikan sampah-sampah di sekitar kita juga. Mulailah perubahan kecil dari yang terdekat.

Penulis: Siwi Nur Wakhidah

Sumber: Nasa (https://www.nasa.gov/mission_pages/station/news/orbital_debris.html); National Geographic (https://www.nationalgeographic.com/science/article/space-junk); Britannica (https://www.britannica.com/technology/space-debris)