Produksi plastik makin hari makin meningkat. Tidak hanya yang berukuran besar seperti plastik keresek, botol plastik atau wadah plastik, tapi ada juga plastik yang berukuran mikro. Mikroplastik ini biasanya berasal dari potongan kecil plastik yang ukurannya lebih besar dan tersimpah lama, bahkan ada ukuran nanoplastik. Disebutkan dalam artikel National Library of Medicine, mikroplastik lebih mudah menyebar ke mana-mana, karena ukurannya sangat kecil. Parahnya, kabar terbaru para ilmuwan menemukan mikroplastik ini ada di mana-mana, seperti di lingkungan air laut, air tawar, atmosfer, makanan, bahkan lokasi terpencil.

Melansir dari laman Public Health Coalition, para ilmuwan juga menemukan kandungan mikroplastik sudah dalam tubuh manusia, salah satunya diketahui lewat feses. Lewat penemuan itu, para ilmuwan mengembangkan penelitian tentang pengaruh mikroplastik yang terlanjur berada dalam tubuh manusia, apakah membahayakan kesehatan tubuh atau tidak. Para ilmuwan ini melakukan penelitian dengan menggunakan hewan (ikan dan tikus), dan menemukan mikroplastik ukuran paling kecil, dapat melewati usus dan mencapai aliran darah. Partikel mikroplastik yang berhasil mencapai aliran darah, dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.   

Dari hasil penelitian itu, para ilmuwan berhipotesis bahwa mikroplastik yang ada dalam tubuh manusia dapat menyebabkan stres oksidatif, kerusakan DNA dan peradangan, serta masalah kesehatan lainnya. Mikroplastik ini cukup berbahaya bagi tubuh manusia, mengingat sifatnya yang sulit terurai bahkan usianya bisa 5 kali lebih lama dari umur manusia pada umumnya. Itu artinya, mikroplastik ini bisa berada dalam tubuh manusia bahkan sampai manusia itu mati dan terurai.

Bioplastik

Keberadaan mikroplastik di hampir berbagai aspek kehidupan manusia ini tentu sangat berdampak. Banyak makanan yang dikonsumsi manusia, diperkirakan mengandung mikroplastik. Itu artinya, manusia sudah mulai mengonsumsi mikroplastik, bahkan di keseharian. Berdasarkan data, melansir dari Plastic Health Coalition, ilmuwan memperkirakan asupan mikroplastik tahunan (pada 2019) rata-rata warga Amerika, berkisar antara 74.000 dan 121.000 partikel. Walau begitu, hasil penelitian ini masih harus diuji lagi, karena beberapa faktor yang masih diragukan.

Masih melansir dari laman yang sama, pada tahun 2019 lalu, para ilmuwan mengadakan penelitian yang dibagi menjadi beberapa kategori. Di antaranya, keterkaitan mikroplastik dengan sistem pencernaan, paru-paru, kekebalan tubuh dan penelitian tentang bagaimana penyebaran mikroplastik dan nanoplastik di dalam tubuh manusia. Salah satu hasil penelitian ini berasal dari Prof. dr. Nienke Vrisekoop, dan dipresentasikan di Plastic Health Summit pada Oktober 2019. Hasilnya, sel tubuh yang terpapar dan merespons mikroplastik lebih cepat mati dibanding sel-sel yang tidak terpapar. Selain cepat mati, sel kekebalan tubuh yang terpapar mikroplastik juga rentan peradangan sehingga membuat kekebalan tubuh melemah.

Karena mikroplastik sudah menyebar luas, dan hampir ada di mana-mana, kita sebagai manusia harus lebih bijak dalam menggunakan plastik. Jangan sampai plastik yang kita gunakan menjadi mikroplastik yang mengendap di tanah, menyebar lewat aliran air, atau bahkan berakhir di laut. Jika plastik mengendap di tanah, maka akan memengaruhi kesuburan dan kondisi zat hara untuk bertumbuh. Jika berada di aliran air, juga akan mengganggu ekosistem, bahkan bisa dimakan oleh hewan. Lalu, jika plastik terus menumpuk di laut, ekosistem akan ikut terganggu. Hasilnya apa? Bumi akan diisi lebih banyak plastik daripada jumlah manusia, bahkan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.

Penulis: Siwi Nur Wakhidah

Sumber:

https://www.science.org/doi/10.1126/science.abe5041

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7068600/