Gambar 1. Peta yang menggambarkan sebaran sampah di lautan. Semakin merah warna di peta, semakin tinggi jumlah sampah yang ada pada tempat tersebut.
sumber: Germanov et al., 2019, diadapatasi dari Van Sebille et al., (2015)
Mikroplastik adalah pecahan-pecahan plastik dengan ukuran 5 mm atau lebih kecil lagi. Pecahan-pecahan plastik dengan ukuran ini biasanya hasil dari fragmentasi plastik saat berada di lingkungan karena faktor UV dan panas dari matahari, pergerakan arus dan gelombang laut (Germanov et al., 2019).
Secara umum, sumber mikroplastik ini ada dua, yaitu sumber primer yaitu microbeads dan pellet dan sekunder seperti hasil fragmentasi dan fiber sintetis. Microbeads ini biasanya ditemukan di berbagai produk kosmetik seperti di pasta gigi atau di face scrub.
Saat ini, sekitar 80% dari sampah laut berasal dari sungai. Empat dari 20 sungai paling tercemar ada di Jawa yaitu Brantas, Solo, Serayu, dan Progo. Sungai-sungai di Asia diperkirakan menyumbang sebanyak 86% sampah yang ada di laut (Lebreton et al., 2017).
Keberadaan mikroplastik di lautan dapat mengancam keberadaan organisme yang hidup di dalamnya. Penelitian yang dilakukan Germanov et al. (2019) di perairan sekitar Bali dan Nusa Tenggara Timur menemukan bahwa terdapat mikroplastik di lokasi tempat mencari makan ikan pari manta dan hiu paus. “Penelitian Marine megafauna juga menemukan bahwa pari manta menelan mikroplastik,” kata Janis Argeswara, asisten peneliti kemaritiman Marine Megafauna. Menurut Janis, jumlah plastik di laut dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, air yang berlebih dari sungai membawa polutan mikroplastik dalam jumlah yang lebih banyak ke laut.
Kenapa mikroplastik bisa berbahaya? Plastik memiliki sifat untuk mengikat toksin atau racun sehingga jika plastik dari darat dan dipindahkan ke laut melalui sungai, maka toksin yang ada di sungai akan terikat pada plastik tersebut. Saat plastik itu tidak sengaja tertelan oleh hewan, maka toksin yang ada pada plastik tersebut akan diserap oleh jaringan hewan.
Mungkin terlintas di pikiran kita, kenapa harus mencemaskan fauna seperti hiu paus dan pari manta. Jika hewan yang menelan mikroplastik tersebut adalah jenis hewan konsumsi manusia seperti ikan dan kerang, maka toksin yang ada pada jaringan hewan tersebut bisa ikut masuk ke dalam jaringan manusia. Ini penting juga untuk memperhatikan keberlangsungan hidup hewan lain. Karena setiap makhluk hidup di bumi ini memiliki perannya masing-masing dalam ekosistem. Jika satu spesies punah, maka berdampak ke spesies lain. Tak terkecuali manusia.
Melihat fakta yang cukup mengerikan di atas, tentu kita diajak untuk semakin sadar betapa pentingnya usaha kita dalam pengurangan sampah plastik. Baik di tingkat lokal maupun global.
Adapun hal-hal yang bisa kita lakukan di rumah di antaranya:
1. Membawa botol minuman sendiri ketika berpergian
2. Memisahkan sampah basah dan sampah kering
3. Memakai masker daur ulang
4. Membawa tas belanja sendiri
5. Menggunakan sedotan guna ulang
6.Bagi para penyelam, ketika sedang diving bisa sambil memunguti sampah.
Bagi pemerintah dan stakeholders, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah plastik di laut di antaranya:
1. Memprioritaskan bersih-bersih di sungai sebelum musim hujan
2. Menggelar program pengurangan sekali pakai seperti di Bali sejak 2018 dan DKI Jakarta sejak 2020
3. Peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah dan pengomposan.
4. Mengedukasi warga untuk meningkatkan kesadaran mengurangi plastik
Selain itu yang paling bisa dilakukan dari rumah adalah mengubah kebiasaan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita misalnya keluarga dan tetangga. Pengendalian jumlah limbah plastik hanya akan berjalan maksimal jika semakin banyak kesadaran tumbuh di masyarakat.
Penulis: Titus Trias Trapsila
Referensi:
Germanov, E. S., Marshall, A. D., Hendrawan, I. G., Admiraal, R., Rohner, C. A., Argeswara, J., Wulandari, R., Himawan, M. R., & Loneragan, N. R. (2019). Microplastics on the Menu: Plastics Pollute Indonesian Manta Ray and Whale Shark Feeding Grounds. Frontiers in Marine Science, 6(November). https://doi.org/10.3389/fmars.2019.00679
Lebreton, L. C. M., and Reisser, J. (2017). Supplementary data for ‘River plastic emissions to the world’s oceans’. Figshare Fileset. 12:15. doi: 10.6084/m9.figshare.4725541.v5
Van Sebille, E., Wilcox, C., Lebreton, L., Maximenko, N., Hardesty, B. D., Van Franeker, J. A., Eriksen, M., Siegel, D., Galgani, F., & Law, K. L. (2015). A global inventory of small floating plastic debris. Environmental Research Letters, 10(12). https://doi.org/10.1088/1748-9326/10/12/124006