Cintailah bumi mulai dengan mengurangi jumlah penggunaan sampah plastik promkes.kemkes.go.id

Sampah plastik masih menjadi masalah krusial dalam pencemaran lingkungan. Sampah plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Sifatnya tidak mudah diurai, di dalam tanah butuh waktu 20 hingga 100 tahun agar plastik terurai. Di laut, Indonesia adalah pembuang sampah terparah kedua di dunia. Dalam sebuah penelitian The University of California, Davis dan Universitas Hasanuddin tahun 2019 mengungkapkan 23% sampel ikan yang diteliti memiliki kandungan plastik di dalamnya.

Banyak hal buruk yang diakibatkan sampah plastik. Menurunnya kesuburan tanah akibat sirkulasi udara tertutup dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu menyuburkan terbatas, biota laut mati karena terjebak memakan plastik, dan menyebabkan beragam penyakit pada manusia. Proses pembakaran plastik yang tidak sempurna akan menghasilkan dioksin di udara yang dapat menyebabkan kanker, hepatitis, pembengkakan hati, dan lain-lain.

Meski demikian, memang kita tidak dapat sepenuhnya meninggalkan plastik, tapi kita dapat meminimalisirnya. Berikut lima tips untuk membangun gaya hidup minim plastik :

Pertama, kurangilah penggunaan plastik. Langkah ini dapat dimulai dengan mengurangi membeli produk dengan kemasan plastik. Jika berbelanja online, buatlah pesan kepada penjual untuk tidak menyertakan atau mengurangi bubble wrap pada kemasan. Atau dengan langkah kecil, ketika membeli permen di warung, cobalah biasakan bawa tas belanja atau pas makan permen bungkusnya dikantongi saja sebelum ketemu tempat sampah. Jangan juga membuang sampah sembarangan.

Kedua, berbelanja sesuai kebutuhan. Sering saat kita berbelanja cenderung ingin membeli semua kebutuhan. Padahal sebenarnya hanya lapar mata karena melihat banyak tumpukan barang-barang yang di pasar atau di supermarket. Jadi tanpa disadari berbelanja secara tergesa-gesa bisa mengakibatkan penumpukan sampah yang banyak. Mulai dari bahan makanan yang cepat membusuk hingga kemasan plastik ikut menumpuk. Oleh sebab itu, buatlah daftar belanja sesuai kebutuhan selama satu atau dua minggu. Jangan hanya ditulis saja, tapi juga harus berbelanja sesuai daftar. Semakin sedikit belanjaan yang dibeli, maka semakin minim sampah. Selain itu, budget belanja juga jadi semakin hemat.

Ketiga, gunakan wadah penyimpanan. Menyimpan makanan atau barang dengan plastik memang lebih mudah dan sederhana, tapi ini kebiasaan yang harus dihentikan. Selain jadi banyak limbah, menggunakan plastik sekali pakai secara berulang juga sangat tidak baik untuk kesehatan. Padahal sebenarnya bisa mengganti penggunaan plastik sekali pakai dengan wadah penyimpanan seperti botol atau kotak makan. Misalnya membawa toples sendiri ketika ingin membeli bumbu dapur di pasar. Selain itu, wadah  ini juga bisa digunakan untuk menyimpan makanan, dan lain-lain.

Keempat, ganti produk sekali pakai. Produk sekali pakai seperti tisu atau botol plastik memang membuat hidup jadi lebih praktis. Namun, hal ini juga akan menghasilkan sampah dan berlebihan. Walaupun tisu dapat didaur ulang, tapi sebaiknya ganti produk sekali pakai untuk gaya hidup mengurangi penggunaan plastik. Sebenarnya ada banyak alternatif untuk mengganti produk sekali pakai, seperti mengganti tisu dengan kain, botol plastik sekali pakai diganti dengan botol kaca atau tempat minum dan sedotan plastik digantikan sedotan besi. Jadi, sebenarnya tidak ada alasan untuk terus menggunakan produk sekali pakai.

Kelima, manfaatkan barang bekas. Gaya hidup minim sampah juga bisa dengan menggunakan kembali barang bekas. Alih-alih dibuang, kita bisa membuat kreasi baru dari barang bekas seperti baju lusuh, botol kaca bekas, atau kardus bekas belanja online. Baju lusuh bisa dimanfaatkan sebagai lap lantai atau dikreasikan menjadi sarung bantal. Sedangkan botol kaca bisa diubah menjadi tempat ikan hias atau tumbuhan, atau bisa kreasi lainnya.

Lima tips di atas sejujurnya sederhana dan mudah dilakukan. Tapi, tidak ada tapi, mari lakukan dan jadikan gaya hidup demi lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Penulis : Esra Natalia Rambe