Makanan sehat oleh Brooke Lark on Unsplash

Isu perubahan iklim kini makin disorot. Seiring dampak krisis iklim yang makin terasa, masyarakat mulai melirik isu ini. Kini masyarakat juga semakin sadar, betapa pentingnya menjaga lingkungan dan mencari tahu, apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah dampak krisis iklim agar tak semakin memburuk. Misalnya saja mengurangi pemakaian plastik sekali pakai, memilah sampah, juga memilih produk yang ramah lingkungan.

Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran itu, banyak perusahaan yang melihat peluang. Mereka berbondong-bondong melabeli produk mereka dengan istilah-istilah ramah lingkungan. Seperti, biodegradable, eco-friendly, recycled, green energies, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak perusahaan yang melakukan klaim itu, ada yang benar-benar melakukan komitmen sebagai mana yang dilabelkan pada produk mereka. Tapi, ada juga yang hanya melabeli, tanpa melaksanakan komitmen yang diklaim itu. Cara ini termasuk dalam strategi pemasaran komunikasi yang disebut dengan istrilah Greenwashing.

Dilansir dari laman Young Matter World, Greenwashing adalah strategi komunikasi marketing yang diadopsi oleh perusahaan atau organisasi, di mana mengandung pesan ekologis untuk membentuk citra seolah ikut bertanggung jawab secara ekologis. Kata greenwashing berasal dari gabungan kata green dan brainwashing. Istilah ini mulai digunakan di awal tahun 1990-an oleh NGO lingkungan dalam menguak praktik berbahaya dari industri-industri besar.

Sejak revolusi industri, perubahan iklim semakin cepat, dan bumi semakin panas dalam kurun waktu singkat. Para pelaku industri yang menggunakan energi kotor menjadi salah satu penyebab krisis iklim. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan bisnis, mereka memutar otak agar tetap memiliki citra baik di mata masyarakat, yakni dengan greenwashing. Sebagai konsumen, kesadaran akan fenomena ini sangat penting, karena greenwashing akan membuat pandangan masyarakat terhadap isu perubahan iklim semakin abu-abu.

Seperti soal plastik sekali pakai, yang mana lebih dari 90% jenis plastik yang diproduksi setiap harinya tidak didaur ulang. Melansir dari laman Eco Watch, plastik-plastik itu berakhir di tanah dan laut, bahkan diperkirakan pada tahun 2050, jumlah plastik jauh lebih banyak daripada ikan. Nah, bagi perusahaan yang masih menggunakan plastik dalam produk mereka, berusaha mengubah reputasi buruk plastik ini, salah satunya dengan menggunakan istilah bioplastik. Mereka mengklaim plastik yang mereka pakai terbuat dari bahan alami dan mudah terurai, sehingga tidak mencemari lingkungan. Padahal, untuk terurai, plastik jenis apapun tetap membutuhkan oksigen dan sinar matahari, yang mana itu sulit ditemui di tempat pembuangan sampah kita.

Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai konsumen?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan konsumen dalam menghadapi fenomena greenwashing ini nih, Sobat Laksmi. Di antaranya:

  1. Bersikap Kritis dan Skeptis

Cara menjadi konsumen yang cermat dan bijak ialah dengan bersikap kritis dan skeptis dengan produk yang akan dibeli. Sama seperti halnya ketika Sobat Laksmi penasaran dengan tanggal kedaluwarsa produk, coba penasaran juga dengan bahan yang terkandung dalam produk itu, siapa produsennya, dan apakah produk ini benar-benar sesuai klaim di kemasan.

  1. Mencari Tahu Latar Belakang Produk dan Perusahaan

Setelah bersikap kritis dan skeptis, coba cari tahu latar belakang produk dan perusahaannya. Terlebih, jika produk ikut mengklaim ramah lingkungan. Cari tahu lewat Google dengan cermat. Dari informasi itu, kita bisa melihat apakah benar produk ini sesuai klaim ramah lingkungannya atau tidak.

  1. Bijak dalam Membeli

Tips menghindari greenwashing selanjutnya ialah dengan bersikap bijak saat membeli suatu produk. Pikirkan berkali-kali, apakah kita benar-benar membutuhkan produk itu atau tidak, dan seberapa urgent-nya kebutuhan produk itu. Membeli tanpa berpikir, hanya akan menimbulkan penyesalan di akhir dan barang yang dibeli jadi sia-sia.

  1. Mengurangi Produk yang Merusak Lingkungan

Selain bijak saat membeli produk, kita juga bisa menghindari greenwashing dengan mengurangi pemakaian produk-produk greenwashing yang berpotensi merusak lingkungan.

Selain tips itu, Sobat Laksmi juga bisa mendeteksi, seperti apa produk greenwashing. Eco Watch menyebutkan beberapa tandanya, yakni:

  • Uraian produk yang sangat selektif. Jadi, produk greenwashing, biasanya membingkai isu lingkungan yang berkaitan dengan produk mereka, dan nadanya positif. Mereka jarang menggunakan tone negatif yang berbahaya bagi produk mereka.
  • Melakukan kegiatan simbolis. Seperti halnya CSR (Consumer Social Responsibility), produk greenwashing juga akan melakukan kegiatan sosial berkedok tanggung jawab itu. Tapi, kegiatan itu hanya simbolis belaka.
  • Kurang bukti. Tanda ini paling mudah dikenali. Misalnya sebuah produk mengklaim ramah lingkungan, tapi tidak dibarengi dengan penjelasan rincinya. Sehingga bukti klaim itu tidak jelas dan meragukan.

Dan, masih banyak lagi tanda yang bisa ditemukan pada produk-produk greenwashing. Cara untuk mengetahui itu, adalah dengan menjadi konsumen yang bijak. Selamat berbelanja ramah lingkungan, Sobat Laksmi.

Penulis: Siwi Nur Wakhidah