Lebaran sebentar lagi. Sobat Laksmi sudah mempersiapkan apa saja nih untuk lebaran nanti?

Lebaran menjadi momen bersuka cita, berkumpul bersama keluarga dan menyantap santapan khas hari raya bersama. Sebelum lebaran, biasanya masyarakat akan berbondong-bondong membeli berbagai persiapan lebaran, dari makanan hingga pakaian. Tapi tahukah Sobat Laksmi, jika tren selama Ramadan dan lebaran ini juga meningkatkan produksi sampah plastik sekali pakai?

Melansir dari laman Greenpeace, pada Ramadan tahun lalu, jumlah sampah di lingkungan DKI Jakarta naik empat persen, menurut penemuan dari menurut Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Dan diperkirakan selama Ramadan hingga lebaran, timbunan sampah juga meningkat, baik itu sampah sisa makanan maupun sampah plastik sekali pakai.

Syauqi Fillah dari Pixabay

Jika sebelumnya penggunaan plastik sekali pakai sudah banyak, di masa Ramadan dan lebaran yang identik dengan belanja takjil, sampah plastik makin meningkat. Sobat Laksmi pasti kerap menjumpai para pedagang dadakan yang menjual takjil di pinggir jalan selama Ramadan. Kebanyakan dari pedagang ini masih memakai kemasan sekali pakai. Apabila tidak dibarengi dengan kesadaran akan bahaya sampah plastik sekali pakai, tren Ramadan ini justru akan membahayakan lingkungan.

Usai Ramadan, umat muslim akan merayakan Idulfitri, hari di mana kemenangan datang. Tren yang identik dengan lebaran di Indonesia adalah membeli pakaian baru. Padahal, dalam ajaran Islam tidak mewajibkan umatnya untuk membeli baju baru untuk Idulfitri. Jika ditilik dari kacamata ramah lingkungan, tentu tren membeli pakaian baru bertentangan dengan slow-fashion. Mengingat masih banyak industri fashion yang menganut fast-fashion, di mana dari pra-produksi hingga konsumsinya tidak ramah lingkungan. Sobat Laksmi bisa membaca lebih jauh soal fast-fashion di link ini.

Lalu, bagaimana caranya merayakan lebaran dengan ramah lingkungan tanpa perlu khawatir soal pencemaran dan perusakan lingkungan? Berikut beberapa tips merayakan lebaran dengan ramah lingkungan yang bisa dipraktikkan saat lebaran nanti:

  • Membeli Makanan dengan Bawa Wadah Sendiri

Cara mudah merayakan lebaran dengan ramah lingkungan adalah membeli makanan menggunakan wadah sendiri. Terutama saat membeli takjil selama Ramadan. Membawa wadah sendiri akan sangat membantu mengurangi pemakaian sampah plastik sekali pakai. Keuntungan lain membawa wadah sendiri saat membeli makanan bisa dibaca di sini.

  • Memasak Sendiri Makanan yang Ingin Disuguhkan
lmombo dari Pixabay
lmombo dari Pixabay

Jika enggan membeli makanan di luar, Sobat Laksmi bisa memasaknya sendiri. Dengan memasak sendiri, kita dapat memperkirakan apa yang dibutuhkan dan seberapa banyak, sehingga kemungkinan untuk sisa semakin kecil. Walau begitu, kita juga harus memperhatikan pembuangan sisa-sisa organik makanannya. Selain itu, menyajikan masakan sendiri akan terasa lebih spesial.

  • Menyiapkan Suguhan untuk Tamu dengan Wadah Pakai Ulang

Saat lebaran, hampir setiap orang akan berkunjung ke tetangga atau sanak keluarga. Dan yang tak boleh ketinggalan adalah suguhan. Mungkin menyuguhi tamu dengan air gelas kemasan dan jajanan dengan kemasan sekali pakai saat lebaran, dibilang praktis. Namun, inilah yang menjadi masalah di kemudian hari. Sobat Laksmi bisa menyuguhkan makanan tanpa kemasan plastik sekali pakai. Walau lebih ribet karena membuat cucian jadi lebih banyak, namun itu lebih baik daripada menumpuk sampah plastik sekali pakai.

  • Upcycle Pakaian

Satu lagi tren lebaran yang tak bisa dijauhkan dari masyarakat muslim Indonesia, yakni membeli pakaian lebaran. Menjelang lebaran, hampir setiap toko baju akan penuh sesak dengan pembeli yang antusias menyambut lebaran. Padahal, di Hari Idulfitri, pakaian tidak harus baru. Tapi, yang terpenting adalah bersih dan layak pakai. Sobat Laksmi bisa melakukan upcycle pakaian lama dan membuatnya dengan model baru. Dengan begitu, kita ikut berperan dalam menekan laju fast-fashion yang merugikan lingkungan.

  • Mengunjungi Tetangga dengan Jalan Kaki

Tradisi lebaran yang membuat hari raya menjadi lebih berwarna ialah bersilaturahmi. Masyarakat memanfaatkan libur lebaran untuk mengunjungi tetangga maupun sanak saudara. Sebagian besar akan menggunakan sepeda motor atau mobil. Salah satu cara merayakan lebaran dengan ramah lingkungan ialah berjalan kaki mengunjungi tetangga yang jarak rumahnya tidak terlalu jauh. Jika memang harus berkunjung ke rumah saudara yang jauh, bisa berangkat bersama menggunakan mobil pribadi. Tapi akan lebih baik lagi jika menggunakan transportasi umum.

Merayakan lebaran tidak harus penuh kemewahan dan semua yang serba baru. Makna Hari Raya Idulfitri ialah kembali menjadi manusia yang lebih baik. Menjadi manusia yang lebih baik, tidak harus memakai pakaian baru, sepatu baru, atau naik mobil mewah. Karena pada akhirnya, semua manusia akan kembali pada sang Pencipta. Selamat Hari Raya Idulfitri!

Penulis: Siwi Nur Wakhidah