Siapa yang tak suka kopi? Minuman berkafein ini menjadi primadona para kawula muda. Tidak hanya sebagai teman begadang, tapi juga teman nongkrong, dan juga gaya-gayaan. Industri kopi kini makin marak. Mungkin kita bisa menghitung sendiri, ada berapa gerai kopi di kota kalian masing-masing.

Gelas dan sedotan plastik sekali pakai/Kevin Lehtla on Unsplash

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kata Data, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, perkembangan industri kopi di Indonesia berkembang pesat, naik 6.3 persen. Rata-rata pertumbuhan industri ini 8.22 persen per tahun, di sepanjang periode 2016 hingga 2021.  Dari data riset TOFFIN Indonesia yang dilansir laman VOI Media, di akhir 2019 tercatat ada hampir 3.000 kedai kopi di Indonesia, jumlah itu belum termasuk kedai independen yang tersebar di berbagai daerah. Banyak sekali ya, sobat Laksmi!

Seiring dengan pertumbuhan industri kopi yang meningkat, juga menambah jumlah gelas plastik sekali pakai yang digunakan. Situs Greenbiz menyebut, ada kurang lebih 600 miliar gelas plastik bekas minum kopi per tahun. Di Indonesia, Data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Indonesia menghasilkan sampah plastik mencapai 64 juta ton per tahun. Termasuk di antaranya plastik yang digunakan dalam industri kopi. Mirisnya, sampah-sampah ini sudah merusak lingkungan, dan bahkan mengancam kelestarian lingkungan.

Ngopi Tanpa Nyampah

Sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Seperti peraturan di beberapa daerah yang mengatur pembatasan pemakaian plastik sekali pakai. Sebut saja Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali yang mengatur pembatasan itu lewat Peraturan Gubernur (Pergub) Bali No. 97/2018. Selain peraturan dari pemerintah, banyak wirausahawan yang melakukan inovasi, seperti memakai gelas, sedotan, dan wadah dari bahan yang lebih ramah lingkungan dan mudah terurai.

Namun, upaya itu tidak cukup kalau para konsumen tidak kooperatif, Sobat Laksmi. Para penikmat kopi juga harus sadar betul pentingnya mengurangi pemakaian plastik sekali pakai. Bayangkan, jika kamu ngopi setiap hari dengan gelas dan sedotan plastik, berapa sampah yang dihasilkan dalam satu bulan? Kurang lebih ada 30 gelas dan sedotan plastik. Itu baru satu orang, jika dalam satu kantor ada 30 orang dan semuanya gemar minum kopi dengan wadah sekali pakai, sudah ada 900 sampah gelas dan sedotan terbuang.

Gelas kopi sekali pakai yang bertumpuk di tempat sampah/Jasmin Sessler on Unsplash

Gelas dan sedotan bekas itu akan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) jika tidak diolah dengan baik. Sayangnya, pengelolaan sampah di Indonesia belum maksimal, dan masih ada sampah plastik yang terbuang ke laut. BPS menyebutkan, dari 64 juta ton sampah yang dihasilkan tiap tahunnya, 3.2 juta ton adalah sampah plastik yang terbuang di laut. Bahkan, ada ahli yang memperkirakan, pada tahun 2050 nanti, jumlah plastik di laut akan lebih banyak dari jumlah ikan. Wah, miris ya, Sobat Laksmi?

Nah, untuk mendukung industri kopi yang kian marak tanpa harus merusak lingkungan, konsumen bisa membeli kopi dengan membawa wadah sendiri. Sebaliknya, kedai-kedai kopi juga harus mendukung langkah ini dengan memberikan opsi para pembeli untuk membawa wadah sendiri. Yuk, kita bawa wadah sendiri, Sobat Laksmi!