Priscilla Du Preez on Unsplash

Kebutuhan pokok manusia ada tiga, sandang, pangan dan papan (pakaian, makanan dan tempat tinggal). Pakaian menjadi salah satu kebutuhan yang kini merangkap menjadi gaya hidup. Semakin bertambahnya populasi manusia, semakin banyak juga kebutuhan pakaian. Tak heran, makin banyak industri pakaian yang kini berkembang pesat. Tapi tahukah Sobat Laksmi, bahwa industri ini menjadi penyumbang polusi terbesar kedua di dunia setelah industri minyak?

Berdasarkan jurnal The environmental price of fast fashion, dari proses produksi hingga konsumsi, industri pakaian memerlukan banyak energi. Selama produksi, dari kapas menjadi kain hingga pakaian siap pakai, juga memerlukan banyak energi, bahan kimia, dan tenaga manusia. Padahal hasil dari semua produksi itu, nilai pakainya tak lama terlebih di industri fast fashion.

Bayangkan Sobat Laksmi, untuk membuat satu ton kain berwarna, membutuhkan 200 ton air bersih. Itu berarti, jika satu kilogram kain bisa menjadi 3-4 kaos, maka untuk membuat 1 kaos berwarna, membutuhkan 57 kilogram air bersih. Bayangkan, ada berapa kaos yang diproduksi setiap harinya? Dan berapa air bersih yang digunakan, padahal masih banyak orang yang kekurangan air bersih untuk minum dan mandi.

Masih dari jurnal yang sama, industri fashion mengonsumsi 79 miliar liter air per tahunnya. Dari kebutuhan produksi itu, industri pakaian bertanggung jawab atas 20% polusi air karena perawatan dan pewarnaan pakaian, 35% polusi mikroplastik di laut (atau sekitar 190.000 ton per tahunnya), juga lebih dari 92 juta ton per tahun sampah tekstil berakhir dibuang atau dibakar. Tak hanya berhenti di situ, industry ini juga menyumbang emisi karbon global sebanyak 8-10%, atau kurang lebih 4-5 miliar ton setiap tahunnya.

Tak hanya produksinya yang eksploitatif, konsumen industri fashion juga tak kalah berdampak pada lingkungan. Pakaian sintetis yang sudah tak terpakai, sulit untuk diurai. Tak jauh berbeda dari sampah plastik, limbah pakaian juga butuh waktu ratusan abad untuk bisa terurai dengan baik. Padahal, umur satu pakaian sintetis tak selama itu. Terlebih jika pakaian hanya digunakan beberapa kali, dan kemudian terbuang sia-sia.

Alexandra Gorn on Unsplash

Fakta ini cukup mencengangkan ya, Sobat Laksmi? Terlebih, manusia tidak bisa lepas dari pakaian. Bukan hanya untuk mode, tapi juga karena kebutuhan. Lalu, bagaimana cara kita mengatasi masalah ini, agar industri pakaian tak merusak lingkungan dan membahayan penghuni bumi lainnya? Salah satu jawabannya adalah sustainable fashion. Organisasi Sustain Your Style menyarankan beberapa tips untuk tetap tampil fashionable tapi tidak merusak lingkungan, berikut di antaranya:

  1. Memilih Produsen Pakaian yang Terpercaya

Ada banyak merek fashion di dunia ini, dari yang harganya miliaran hingga yang sangat terjangkau. Namun, tak semua merek bisa dijamin melakukan proses produksi yang tidak merusak lingkungan. Nah, jika Sobat Laksmi ingin berkontribusi dalam mengurangi dampak lingkungan karena industri fashion, kalian bisa menjadi konsumen yang selektif dalam memilih merek atau brand. Cari tahu terlebih dahulu, dan pastikan, negara produksi memiliki regulasi yang jelas.

  1. Memilih Jenis Pakaian yang Mengandung Serat Organik dan Natural Tanpa Bahan Kimia

Jika Sobat Laksmi kebingungan mencari tahu latar belakang merek fashion, kalian bisa lebih selektif dalam memilih jenis kain. Kalian bisa memilih pakaian dengan bahan yang mengandung serat organik, dan pewarnaan natural tanpa bahan kimia. Atau, pilih pakaian dengan bahan kain yang tidak memerlukan banyak air saat produksi, seperti kain linen.

  1. Thrifting

Istilah ini tentu sudah tidak asing lagi. Thrifting kini menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan bagi kaum muda. Ada banyak organisasi dan kelompok yang bergerak di bidang ini. Walaupun bukan barang baru, alias sudah second, biasanya pengelola thrifting akan melakukan kurasi. Jadi, Sobat Laksmi tak perlu khawatir soal kondisi pakaian tersedia saat thrifting.

  1. Upcycle

Jika Sobat Laksmi tak terlalu suka dengan sistem thrifting, kalian bisa melakukan upcycle. Yakni, membuat pakaian lama menjadi baru, atau mendesain ulang pakaian lama. Kalian bisa memilah pakaian lama, bisa yang sudah sobek atau tak terpakai lagi, lalu merombaknya menjadi pakaian dengan desain baru. Kelebihan dari upcycle adalah, bisa menciptakan tren sendiri.

  1. Berpikir Ulang saat Hendak Membeli Pakaian

Dan, yang terpenting jika ingin berkontribusi dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari industri pakaian, Sobat Laksmi harus berpikir ulang jika ingin membeli pakaian. Jangan sampai kita membeli pakaian hanya karena lapar mata atau diskon saja, tanpa mempertimbangkan kegunaannya. Hindari menumpuk pakaian di lemari, jika ujungnya tak pernah dipakai. Bijaklah dalam membeli pakaian, karena membeli satu potong pakaian sintetis, sama saja membeli puluhan liter air bersih.

Penulis: Siwi Nur Wakhidah